Got My Cursor @ 123Cursors.com

Minggu, 11 April 2010

Makalah Proses Belajar Mengajar

PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP N 2 UNGGULAN SIBOLGA : KEUNGGULAN DAN KELEMAHANNYA

MAKALAH
Tujuan : Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktek Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2009/2010
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : Lisandy Yunita Nababan
Kelas : IX A
NIS : 9222
SMP N 2 UNGGULAN SIBOLGA

PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP N 2 UNGGULAN SIBOLGA : KEUNGGULAN DAN KELEMAHANNYA

MAKALAH
Tujuan : Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktek Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2009/2010
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : Lisandy Yunita Nababan
Kelas : IX A
NIS : 9218
SMP N 2 UNGGULAN SIBOLGA





KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengaruniakan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga : Keunggulan dan Kelemahannya dengan tepat waktu.
Pada karya tulis ini, penulis ingin menguraikan dan mengulas proses belajar mengajar di SMP N2 Sibolga serta keunggulan dan kelemahannya berdasarkan pengamatan penulis. Adapun tujuan disusunnya karya tulis ini adalah untuk memberitahukan kepada para pembaca untuk mengetahui proses belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga, serta mendorong pihak-pihak yang terkait dengan SMP N 2 Unggulan Sibolga untuk memperbaiki atau membenahi hal-hal yang mungkin perlu dibenahi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut serta dalam membantu penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Yang pertama dan yang paling utama, penulis ingin berterima kasih banyak kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membantu atau memudahkan penulis dalam setiap langkahnya. Selanjutnya, penulis juga ingin berterima kasih banyak kepada kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dorongan yang sangat berarti bagi penulis dan telah menyediakan segala fasilitas dalam pembuatan karya tulis ini. Juga kepada Bapak M. Hutagalung karena telah membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Tak terkecuali, kepada saudara-saudara penulis yang selalu memberikan dorongan serta memberikan ide-ide yang sangat membantu penulis. Berikutnya penulis juga berterima kasih kepada teman-teman penulis, baik teman sekelas maupun tidak, yang telah membuat penulis ceria, dan untuk semua orang yang telah membantu penulis, yang mungkin tidak dapat disebut satu per satu.
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis menyadari bahwa hasil karya tulis ini masih jauh dari sempurna, dengan berbagai keterbatasannya. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, penulis sangat memerlukan masukan, kritik, saran dari pembaca agar dapat
\ii
menyempurnakan karya tulis ini.
Penulis berharap agar pembaca dapat memahami dan mengerti isi karya tulis ini. Dan semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi proses pembelajaran di dunia pendidikan.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas perhatiannya. Terima kasih.


Sibolga, Maret 2010














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................v
HALAMAN MOTTO...............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penilitian........................................................... 1
1.2 Permasalahan.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penilitian.........................................................................2
1.4 Metode Penilitian........................................................................ 2
1.5 Kegunaan Penilitian.................................................................... 3
1.6 Sistematika Penilitian................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Proses Belajar Mengajar............................................................. 5
2.2 Kriteria Sekolah Yang Baik..................................................... 42
2.3 SMP N 2 Unggulan Sibolga..................................................... 48
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................... 52
3.2 Saran......................................................................................... 52




PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada yang paling utama, yaitu kepada-Nya yang di atas, Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan selalu memberikan anugerah yang melimpah kepada penulis, selalu memberikan perlindungan kepada penulis, dan tak hentinya memberikan kasih setia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat waktu dan dengan kemampuan yang maksimal.
Karya tulis ini juga penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Mama dan Bapak yang sangat tercinta. Karena kedua orang penulis selalu menyayangi, memberikan kasih sayang, memberikan dorongan dengan segenap hati, dan selalu memberikan penulis segala yang terbaik. Mungkin dengan karya tuli ini, penulis dapat mengungkapkan rasa terima kasih penulis kepada mereka.
Selanjutnya, karya tulis ini penulis persembahkan kepada Bapak M. Hutagalung. Karena berkat kesabaran Bapak tersebut dalam membimbing dan memberikan saran-saran, penulis dapat mengerjakan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktu.
Berikutnya, penulis juga mempersembahkan karya tulis ini kepada saudara dan saudari penulis, yaitu Laurent, Lanna, Hendra, Mula, dan Lastria. Mereka semua sangat membantu penulis. Dengan cara memberikan ide-ide yang sangat membantu penulis, serta membantu dalam pembuatan karya tulis ini. Serta selalu mendukung dan mendoakan yang segala penulis lakukan.
Kepada guru-guru di SMP N 2 Sibolga maupun dari sekolah lain, terutama kepada Ibu Nomenrita Panjaitan, yang lebih sering penulis panggil sebagai “Mami”. Karena telah memberikan dukungan serta nasihat-nasihat yang membangun. Selain itu, mereka juga telah mengajari banyak hal kepada penulis dan menghibur penulis.
Kemudian, penulis ingin mempersembahkan karya tulis ini kepada semua teman-teman di Lazgasana (Laskar Gaul Sembilan A), lebih tepatnya teman sekelas penulis. Karena mereka selalu memberi keceriaan saat suka dan duka, tempat penulis bertukar pikiran, dan menemani penulis di kala suka dan duka.
Selanjutnya, karya tulis ini penulis persembahkan kepada seorang teman baik penulis. Karena telah menemani penulis, menghibur dengan segala leluconnya, dan memberikan penulis nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis sendiri.
Dan yang terakhir, karya tulis ini penulis persembahkan kepada semua orang yang mungkin ikut membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini, baik dalam memberikan pendapat dalm pengumpulan angket atau yang lain-lainnya. yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.



















MOTTO
Nilai manusia bukan bagaimana dia mati, melainkan bagaimana dia hidup.
Bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan.
Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.





vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penilitian
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Banyak upaya yang dilakukan oleh negara Indonesia dalam hmewujudkan negara ini menjadi negara yang maju. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, bahkan pendidikan. Bidang pendidikan, juga sangat berperan penting dalam penentuan apakah suatu negara dapat dikatakan maju.
Untuk mewujudkan rencana ini, Indonesia mulai berusaha dalam upaya peningkatan mutu pandidikan di setiap daerah. Dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten atau kota.
Pada tahun 2006, tepatnya TP 2006/2007, Pemerintahan Kota Sibolga mendirikan kelas unggulan bertempat di SMP N 2 Sibolga. Pemerintahan Kota Sibolga mendirikan kelas unggulan ini, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Kota Sibolga karena melihat kondisi maupun mutu pendidikan yang belum baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Melihat mutu pendidikan pada tahun-tahun sebelumnya, kita menjadi tahu bahwa banyak sekali terdapat kendala-kendala pada proses belajar mengajar. Tak terkecuali sekolah yang bermutu baik maupun tidak, baik sekolah swasta maupun negeri. Diantaranya kurangnya fasilitas, ketidakdisiplinan guru maupun siswa, dan lain-lain.
Dengan melihat kendala-kendala tersebut, maka penulis ingin sedikit mengulas dan menguraikan proses belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga serta kendala-kendala yang mungkin terjadi di dalamnya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas permasalahan yang ada pada karya tulis ini. Ada pun permasalahan yang
1
akan penulis bahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
• Bagaimanakah prose belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga?
• Apakah kelebihan SMP N 2 Unggulan Sibolga?
• Apakah kekurangan SMP N 2 Unggulan Sibolga?
1.3 Tujuan Penilitian
Ada pun tujuan penilitian pada karya tulis ini adalah sebagai berikut :
• Tujuan Umum :
- Untuk mengetahui kualitas SMP N 2 Unggulan Sibolga
• Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga.
- Untuk mengetahui proses belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga.
1.4 Metode Penelitian
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis melakukan beberapa metode-metode penilitian, yaitu :
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi untuk karya tulis ini, penulis melakukan beberapa metode-metode atau cara-cara, yaitu :
• Pengamatan langsung, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung segala hal yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan pada karya tulis
• Penyebaran angket, dilakukan dengan cara menyebarkan kertas yang berisi pertanyaan seputar masalah dalam proses belajar mengajar di SMP N 2 Sibolga, kelebihan serta kekurangannya.
2
• Penggunaan media internet, dilakukan dengan cara mengunjungi situs-situs tertentu yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian dan seputar dunia pendidikan.
1.4.2 Waktu Penilitian
Karya tulis ini dikerjakan oleh penulis, dari proses penelitian hingga penyelesaian, dalam jangka waktu lebih dari satu bulan.
1.4.3 Tempat Penilitian
Adapun tempat penelitian adalah meliputi tempa-tempat yang memungkinkan penulis mendapatkan berbagai informasi dari berbagai narasumber, sepertidi lingkungan SMP N 2 Sibolga, di WarNet (Warung Internet), di rumah, dan lai-lain.
1.5 Kegunaan Penilitian
Penilitian yang dilakukan penulis dalam pembuatan karya tulis memiliki beberapa kegunaan, dan juga merupakan harapan penulis, antara lain :
• Menerapkan pembelajaran yang baik dan benar di setiap sekolah.
• Meningkatkan pemahaman warga akan pembelajaran yang baik.
• Setiap Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan proses belajar mengajar di sekolahnya.
• Pemerintah hendaknya membenahi sekolah-sekolah di daerahnya.
1.6 Sistematika Penilitian
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penilitian
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan Penilitian
3
1.4 Metode Penilitian
1.5 Kegunaan Penilitian
1.6 Sistematika Penilitian
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Proses Belajar Mengajar
2.2 Kriteria Sekolah Yang Baik.
2.3 SMP N 2 Unggulan Sibolga
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran














4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Belajar Mengajar
2.1.1 Pengertian
Pelaksanaan proses belajar mengajar di SMP N 2 Sibolga : keunggulan dan kelemahannya. Kata kunci yang akan penulis bahas dan uraikan dalam karya tulis ini adalah “proses belajar mengajar”.
Sebelum membicarakan pengertian proses belajar mengajar secara keseluruhannya, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan setiap kata yang menyusunnya. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama.
“Proses belajar mengajar” terdiri atas tiga kata, yaitu proses, belajar, dan mengajar. Ketiga kata ini memiliki arti masing-masing. Yang jika digabungkan, akan membentuk suatu kesatuan arti yang sesuai dengan konteksnya.
Menurut definisinya, proses adalah serangkaian langkah yang sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Belajar, secara realistis, belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang kita lakukan untuk memperoleh hal-hal yang belum atau tidak kita ketahui. Menurut seorang ahli bernama Moh. Surya (1997), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
5
Adapun kata mengajar berarti kegiatan agar proses belajar seseorag atau sekelompok orang dapat terjadi. Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Sedangkan menurut Tardif (1989), mendefinisikan mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah serangkaian lagkah yang sistematis untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan dalam kegiatan penyampaian bahan pelajaran tenaga pendidik kepada murid.
2.1.2 Komponen Proses Belajar Mengajar
Dari bagian sebelumnya, telah disinggung mengenai definisi dari proses belajar mengajar, yaitu serangkaian langkah yang sistematis untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan dalam kegiatan penyampaian bahan pelajaran tenaga didik kepada muridnya.
Dalam proses belajar mengajar, akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atu sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhka. Sedangkan pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem dalam pendidikan, melibatkan komponen-komponennya yang terdiri dari, sebagai berikut :
1. Siswa, biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
6
lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru.
Semula dianggap sebagai objek pendidikan, kini bergeser menjadi subjek Pendidikan. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebaai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana.
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp (1997:4).
2. Guru, dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Tugas guru, yaitu :
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok. Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
• Tugas Profesional
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
• Tugas Manusia
7
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
• Tugas Kemasyarakatan (sivic mission)
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ada beberapa peran guru di dalam proses belajar maengajar, antara lain :
- Sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
8
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
- Sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
- Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
- Sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
- Sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan
9

bantuan dalam mengembangkan kemampuannya.
Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
- Sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
- Sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

3. Tujuan pengajaran, adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Secara umum kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai suatu pusat perhatian.
Menurut Nana Syaodin Sukmadinata (1997) terdapat beberapa tujuan kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu:
• Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan kata–kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati, menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik dan memberikan kekhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta
10
didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
• Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk ketepatan dan ketelitian respon, kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
• Menggambarkan kondisi- kondisi atau lingkungan fisik, kondisi atau lingkungan psikologis.
4. Materi, merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah adanya teks yang menarik, adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa, memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki, dan materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Beberapa kriteria materi, yaitu :
- Kesahihan (Valid), yaitu materi yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, juga merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan.
- Tingkat kepentingan, yaitu materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik, sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
- Kebermaknaan, yaitu materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis yaitu memberikan dasar – dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan dan manfaat non akademis yaitu mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
11
- Kelayakan, yaitu materi memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.

- Ketertarikan/Menarik minat, yaitu materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
5. Tempat atau ruang kelas, adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
Untuk mengatur lingkungan fisik agar menjadi tempat yang kondusif bagi siswa dan pelajar, antara lain :
- Pengaturan ruang kelas. Aturlah ruang kelas sehingga ruang kelas menjadi nyaman. Ruang kelas harus memiliki jendela dan ventilasi yang cukup sehingga terjadi pergantian udara secara bebas. Atur meja-kursi guru di tempat yang baik dan dapat memandang ke seluruh ruang kelas. Atur meja-kursi siswa agar tidak berdesak-desakan, sesuaikan jumlah meja-kursi dengan kapasitas ruang. Keluarkan perabot yang sudah tidak difungsikan lagi supaya tidak mengotori ruangan.
- Menjaga kebersihan kelas. Kelas harus dijaga kebersihannya oleh semua warga kelas. Sediakan tempat sampah di luar kelas. Secara berkala ajak siswa untuk membersihkan kelas secara bersama-sama.
- Pengaturan dinding kelas. Aturlah dinding kelas sehingga sedap dipandang. Jangan biarkan dinding kelas kosong, tetapi isi dengan berbagai sumber belajar, media, kata-kata mutiara, dan hasil-hasil karya siswa. Dinding kelas yang baik adalah bukan dinding kelas yang bersih tanpa tempelan tetapi dinding kelas yang bermanfaat
12
sebagai sumber belajar. Catlah dinding kelas dengan warna-warna yang cerah, misalnya, merah, kuning, biru, hijau; hindari cat dengan warna yang kalem misalnya coklat dan krem.
- Atur meja dan kursi siswa dengan formasi yang berubah-ubah, paling tidak setiap 2 hari sekali. Perubahan formasi meja dan kursi siswa ini akan mempengaruhi pola interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dengan perubahan seperti ini maka siswa tidak akan merasa bosan di kelas.
- Buatlah sudut baca/perpustakaan kelas yang menjamin siswa untuk aktif membaca dan menelusuri informasi. Isi perpustakaan kelas dengan bacaan-bacaan yang manarik yang sesuai dengan usia siswa. Buku-buku di perpustakaan kelas ini jangan hanya buku-buku pelajaran saja tetapi sebaiknya adalah buku-buku yang menarik dan inspiratif.
- Menghindari kebisingan. Kebisingan merupakan masalah yang dihadapi oleh sekolah-sekolah yang ada di perkotaan. Biasanya sekolah-sekolah di kota memiliki bangunan ruang kelas yang dekat dengan jalan raya karena sempitnya lahan. Untuk mengurangi kebisingan tanamlah pohon-pohon.
- Sediakan tempat besosialisasi. Sekolah bukan hanya merupakan tempat belajar berbagai mata pelajaran, tetapi juga untuk besosialisasi. Oleh sebab itu sekolah perlu menyiapkan tempat untuk mereka bersosialisasi. Sediakan kursi di luar kelas yang dapat digunakan oleh siswa untuk berdiskusi, bersosialisasi, atau hanya sekedar beristirahan setelah jenuh belajar pelajaran di kelas.
6. Waktu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar
13
mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan
oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran
7. Fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu.
Menurut Zakiah Daradjat, fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Suryo Subroto fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.
Lebih luas lagi tentang pengertian failitas Suhaisimi Arikonto berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.
Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran,
14
perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar.
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang dipelukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memuaskan.
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.
8. Lingkungan, merupakan komponen proses belajar mengajar yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan fisiologa.
Semua komponen proses belajar mengajar ini, harus dikelola sedemikian rupa sehingga belajar anak dapat maksimal dan hasilnya maksimal pula.
Pada proses belajar mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga secara keseluruhannya, telah mencakup serta memiliki komponen-komponen pada proses belajar mengajar yang telah diuraikan diatas.

2.1.3 Model Pembelajaran
Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tujuan pembelajarannya. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai dengan cara gaya belajar mereka. Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.
Ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Karena itu dalam model
15
pembelajaran yang tepat, harus memperlihatkan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Agar tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari model mengajar yang efektif, serta dipraktekkan saat mengajar. Antara lain :
1. Example-Non-Example
- Guru mempesiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang diinginkan dicapai.
2. Picture and Picture
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukkan gambar kegiatan berkaiatan dengan materi.
- Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasana/mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut.
- Dari alasan gambar tersebut, guru mulai menanamkan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

16
3. Numbered Heads Together
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
- Guru memberiakan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
- Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjukkan nomor yang lain.
4. Cooperative Script
- Guu membagi siswa untuk berpasangan .
- Guru membagikan wacana tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan sebagai pendengar..
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementar pendengar menyimak dan membantu mengingat ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
- Kesimpulan bersama siswa dengan guru.
5. Kepala Bernomor Struktur
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
17
- Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang dirangkai.
- Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
- Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain.
6. Student Team Achievement Divisions
- Membentuk kelompok yang anggotanya berjumlah 4 orang secara heterogen.
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti, boleh menjelaskan kepada yang belum mengerti.
- Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, tidak boleh saling membantu.
- Memberi evaluasi.
7. Jigsaw
- Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
- Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan bagian mereka.
- Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang bagian yang mereka kuasai.
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
18
- Guru memberi evaluasi.
8. Problem Based Introduction
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat mendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan hipotesis.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
9. Artikulasi
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
- Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan 2 orang.
- Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran, begitu juga kelompok lainnya
- Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
19
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
- Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
10. Mind Mapping
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru mengemukakan konsep yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
- Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
- Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
- Tiap kelompok (diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
- Dari data-data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
11. Make A Match
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
- Setiap siswa mendapa satu kartu.
- Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal dan jawaban)
- Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
- Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa dapat kartu yang berbeda dari yang sebelumnya. Demikian seterusnya.

20
12. Think Pair and Share
- Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
- Siswa diminta untuk berpikir tentang permasalahan yang disampaikan guru.
- Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
- Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
- Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
- Guru memberi kesimpulan.
13. Debate
- Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro, dan yang lainnya kontra.
- Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas.
- Setelah selesai membaca materi, guru menunjukkan salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian dianggap oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
- Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
- Guru menambahkan konsep yang belum terungkap.
- Dari data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
21
14. Role Playing
- Guru menyusun skenario yang akan ditampilkan.
- Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.
- Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
- Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
- Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
- Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
- Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
- Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
- Guru memberikan kesimpulan secara umum.
15. Group Investigation
- Guru membagi kelas dengan beberapa kelompok heterogen.
- Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
- Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok memdapat tugas satu materi yang berbeda dari kelompok lain.
- Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
- Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
- Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
- Evaluasi.
22
16. Talking Stick
- Guru menyiapkan sebuah tongkat.
- Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
- Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
- Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
- Guru memberikan kesimpulan.
- Evaluasi.
17. Bertukar Pasangan
- Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa yang memilih sendiri).
- Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
- Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
- Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
- Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
18. Snowball Throwing
- Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
23
- Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
- Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan kepada temannya.
- Ketua masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan ketua kelompok.
- Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama  15 menit.
- Setelah siswa dapat satu bola/pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
- Evaluasi.
19. Student Facilitator and Explaining
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
- Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep.
- Guru menyimpulkan ide dari siswa.
- Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
20. Course Review Horay
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru mendemonstrasikan materi.
- Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.
- Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan
24
selera masing-masing siswa.
- Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar ( √ ) dan salah diisi tanda silang (x).
- Siswa yang sudah mendapat tanda benar vertikal atau horisontal atau diagonal harus berteriak “Horay” atau yel-yel lainnya.
- Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
21. Demonstration
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
- Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
- Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
- Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganlisanya.
- Tiap siswa mengemukakan hasil analisannya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan.
- Guru membuat kesimpulan.
22. Explicit Instruction
- Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
- Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.
- Membimbing pelatihan.
- Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
- Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
23. Cooperative Integrated Reading and Composition
25
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
- Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
- Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.
- Mempresentasikan hasil kelompok.
- Guru membuat kesimpulan bersama.
24. Inside-Outside Circle
- Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
- Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, mengahadap ke dalam.
- Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalm waktu yang bersamaan.
- Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besara bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
- Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
25. Tebak Kata
• Media : • buat kartu ukuran 10 x 10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata- kata lainnya yang mengarah pada jawaban kartu yang ingin ditebak.
• buat kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan di telinga)
26
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi  45 menit.
- Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.
- Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat).
- Kemudian di tempelkan didahi atau diselipkan di telinga.
- Sementara siswa yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya, sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu tersebut.
- Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
- Apabila jawabannya tepat, maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat, pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Demikian seterusnya
26. Consept Sentence
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru menyajikan materi secukupnya.
- Guru membentuk kelompok yang anggotanya  4 orang secara heterogen.
- Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
- Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
- Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang di pandu oleh guru.
27. Time Token
27
- kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi.
- Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan  30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
- Bila telah selasai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara 1 kupon.
- Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Yang masih memegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis.
- Demikian seterusnya.
28. Keliling Kelompok
- Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
- Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
- Demikian seterusnya, giliran bicara bisa dilaksanakan searah perputaran jarum jam atau sebaliknya.
29. Tari Tambu
- Separuh kelas atau seperempatnya berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini, akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang singkat.
- Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
- Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
- Kemudian satu atau dua siwsa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masaing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi.
28
- Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
30. Dua Tinggal Dua Tamu
- Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Model-model pembelajaran yang diterapkan di SMP N 2 Unggulan Sibolga model pembelajaran dengan nomor 3, 6,9,13, dan 15. Yaitu Numbered Head Togethaer, Student Teams Achievement Divisions, Artikulasi, Debat, dan Group Investigation.
2.1.4 Faktor Proses Belajar Mengajar
Kelancaran proses belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor, baik dalam diri siswa maupun faktor lingkungan. Karakteristik siswa yang mempengaruhi proses belajar yaitu kemampuan siswa, perhatian, persepsi, ingatan, lupa, retensi, dan transfer. Faktor dari luar siswa yang berpengaruh pada proses belajar adalah kondisi belajar, tujuan belajar dan pemberian umpan balik.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar di bawah ini di bicarakan faktor-faktor tersebut secara singkat, yaitu :
1. Kemampuan Siswa
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan, ada hubungan yang positip antara kemampuan mahasiswa/siswa dengan hasil belajarnya. Setiap siswa mempunyai kemampuan awal sebelum menempuh suatu proses pembelajaran. Yang dimaksud dengan kemampuan awal siswa adalah
29
kemampuan yang telah dipunyai siswa sebelum ia mengikuti pengajaran (Dick&Carey, 1990; Worell &Stiwell, 1981). Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa.
Dengan kemampuan awal dapat diketahui :
a) Ketrampilan atau pengetahuan yang dipunyai siswa yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pelajaran
b) Sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang akan disajikan. Kemampuan awal dapat diukur melalui tes awal, interview, melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

2. Motivasi
Motivasi didefinisikan sebagi tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu (Morgan, 1986). Apabila siswa mempunyai motivasi positip maka ia akan :
a) memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta
b) bekerja keras, serta member waktu kepada usaha tersebut, dan
c) terus bekerja sampai tugas terselesaikan (Worell & Stiwell, 1981).
Motivasi terbagi dua berdasarkan sumbernya yaitu motivasi instrinsik, datang dari dalam diri orang tersebut dan motivasi ekstrinsik, berasal dari lingkungan di luar orang tersebut.
Motivasi instrinsik lebih menguntungkan dalam proses belajar mengajar karena dapat bertahan lama. Motivasi ekstrinsik dapat diberikan dengan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi kondusif. Dengan jalan penguatan-penguatan maka motivasi yang mula-mula ekstrinsik lama kelamaan dapat diharapkan akan berubah menjadi motivasi instrinsik.
3. Perhatian
Perhatian didefinisikan sebagai suatu strategi kognitif yang
30
mencakup empat ketrampilan, yaitu :
a) berorientasi ke suatu masalah
b) meninjau sepintas isi masalah
c) memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan
d) mengabaikan stimulus yang tidak relevan (Worell&Stilwell, 1981).
Dalam kegiatan pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Perhatian dapat membuat siswa :
a) mengarahkan diri ke tugas yang akan diberikan
b) melihat masalah yang akan diberikan
c) memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan
d) mengabaikan hal-hal yang tidak relevan.
Faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang (Child, 1977) :
a. Faktor internal, mencakup :
1) Minat, stimulus sesuai minat akan menarik perhatian.
2) Kelelahan, baik fisik maupun mental mengurangi perhatian
3) Karakteristik pribadi, orang ekstrovert membutuhkan istirahat diantara waktu belajarnya karena tidak dapat konsentrasi jangka panjang seperti orang introvert.
b. Faktor eksternal, meliputi :
1) Intensitas stimulus, makin besar makin menarik perhatian
2) Stimulus yang baru dan tidak umum lebih menarik perhatian
3) Keragaman stimulus, makin beragam akan lebih menarik perhatian
4) Gerak. Stimulus yang bergerak lebih menarik perhatian
5) Penyajian stimulus secara berkala dan berulang dan tidak membosankan lebih menarik perhatian.
31
Cara yang dapat dipakai guru untuk menarik perhatian siswa ialah (Lindgren, 1976) :
a. Mengetahui minat mahasiswa, tergantung dari umur, status sosial ekonomi, harapan, pengalaman, keberhasilan, kejadian-kejadian di dunia, dll.
b. Memberi pengarahan dan petunjuk yang memotivasi, missal bagian mana yang penting, bagian yang diuji, dsb.
c. Menjelaskan tujuan-tujuan belajar, topik dan kesimpulan dan materi yang akan diajarkan.
d. Memberi “advance” organizer dalam bentuk singkatan materi yang akan diajarkan.
e. Mengadakan tes awal atau kuis/pertanyaan-pertanyaan
4. Persepsi
Merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meningkat informasi yang diperoleh dari lingkungannya (Fleming&Levie, 1981). Persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Persepsi bersifat :
a. Relatif, tidak absolut, tergantung pengalaman sebelumnya
b. Selektif, tergantung pada pengalaman, minat, kebutuhan, dan kemampuan mahasiswa/siswa untuk mengadakan persepsi
c. Teratur, sesuatu yang tidak teratur sulit dipersepsikan
Persepsi siswa harus sejak dini terbentuk secara akurat. Jangan sampai ada kesalahan persepsi dalam proses pembelajaran. Persepsi siswa akan menjadi lebih mantap dengan meningkatnya pengalaman.
Agar berfungsi secara efektif, maka kemampuan untuk mengadakan persepsi tentang sesuatu harus dikembangkan sebagai suatu kebiasaan (habits).
32
5. Ingatan
Ingatan merupakan sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima seseorang (Coon, 1983). Ingatan sangat selektif, terdiri tiga tahap :
a. Ingatan sensorik, menyimpan apa yang dilihat dan didengar. Bersifat sesaat, informasi yang penting disimpan selanjutnya diteruskan ke ingatan jangka pendek, yang tidak penting dilupakan.
b. Ingatan jangka pendek (Short term memory), merupakan gudang sementara untuk informasi yang baru masuk, mempunyai kapasitas yang terbatas, sehingga akan menghambat proses belajar sesuatu yang baru yang dinamakan rentangan ingatan (memory span).
c. Ingatan jangka panjang (long term memory), bersifat relatif permanen terdiri dari informasi pentingyang diteruskan dari ingatan jangka pendek. Informasi yang disimpan di ingatan jangka panjang disimpan untuk jangka waktu yang tidak terbatas lamanya.
Kemampuan mengingat siswa dapat ditingkatkan dengan cara :
a. Memberitahukan mereka keberhasilan belajarnya
b. Menyuruh mereka mengulang kembali sebagian materi yang dipelajarinya
c. Menyuruh mereka belajar sampai pada taraf yang disebut overlearning
d. Memberikan latihan secara berkala
e. Membuat ringkasan apa yang akan dipelajari
f. Memberikan kesempatan pada mahasiswa/siswa untuk beristirahat
g. Mengadakan telaah kembali (review), menekankan pada hal yang perlu diingat
6. Lupa
33
Merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena :
a. Memang tidak ada informasi yang tersimpan
b. Gagal merubah ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang
c. Mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan
d. Sebagian ingatan telah aus dimakan waktu
e. Ingatan tidak pernah dipakai
f. Materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai (underlearned)
g. Materi tidak diberi kode dengan baik dalam ingatan jangka panjang
h. Adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya
Cara yang dapat ditempuh guru untuk mengurangi faktor lupa :
a. Menyajikan informasi yang dapat menarik perhatian siswa
b. Mengadakan pengulangan kembali materi yang sudah dipelajari
c. Memberikan umpan balik tentang hasil belajar
d. Mengajar siswa menyeleksi informasi yang perlu diingat
e. Memberikan selang waktu istirahat
f. Tidak member materi yang hampir serupa sekaligus
g. Tidak menyajikan materi sekaligus dalam jumlah banyak
h. Tidak menyajikan materi terlalu cepat
7. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali
34
setelah seseorang mempelajari sesuatu, juga kebalikan dari lupa. Jika seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan yang diingat berkurang jumlahnya. Penurunan jumlah materi yang diingat akan sangat cepat pada permulaan, selanjutnya tidak lagi cepat.
Hasil-hasil penelitian mengenai retensi menunjukkan bahwa (Thornburg, 1984) :
a. Materi pelajaran yang bermakna mudah diingat dibanding yang tidak berarti
b. Benda yang konkrit lebih mudah diingat dibanding yang abstrak
c. Retensi akan lebih baik untuk materi yang bersifat kontekstual
d. Tidak ada perbedaan antara retensi dari apa yang telah dipelajari siswa yang mempunyai berbagai tingkat IQ
Dalam rangka meningkatkan retensi mahasiswa/siswa, Chauham (1979) menyarankan cara tambahan sebagai berikut :
a. Usahakan subjek yang dipelajari bermakna, disusun dengan baik
b. Memakai jembatan keledai (mnemonic), dapat meningkatkan organisasi materi yang dipelajari
c. Memberikan resitasi, dapat meningkatkan praktek siswa
d. Membentuk konsep yang jelas
e. Memberikan praktek/pengulangan, terutama pelajaran ketrampilan motorik
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari yang dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi baru.Transfer balajar atau latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, sikap atau respons lain dari situasi ke situasi lain.
35
Bentuk transfer dapat positif, jika pengalaman sebelumnya membantu penampilan dalam tugas selanjutnya, negatif, jika pengalaman sebelumnya menghambat penampilan dalam tugas baru, dan transfer nol, jika pengalaman sebelumnya tidak mempengaruhi penampilan selanjutnya.
Transfer dapat diklasifikasikan seperti berikut ini (Chauman, 1979) :
a. Transfer horizontal, jika pengalaman masa lalu dapat dialihkan untuk mempelajari materi yang setingkat atau sekategori. Bentuk berupa lateral, jika pengetahuan sebelumnya dapat diterapkan di luar sekolah tanpa pengawasan guru, dan sekuesial, jika yang dipelajari sekarang secara positif ada hubungannya dengan apa yang dipelajari di masa mendatang.
b. Transfer vertikal, jika pemahaman yang dipelajari sebelumnya dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang lebih sulit atau berada di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Chauman menerangkan beberapa teori yang melandasi adanya transfer :
a. Teori disiplin mental (mental discipline theory). Mental seseorang dapat dilatih seperti bagian badan yang lain. Caranya dengan mengulang materi yang sulit, kemampuan mental dapat ditingkatkan sehingga transfer terjadi secara otomatis melalui latihan tadi.
b. Teori unsur-unsur yang sama (identical elements); Sesuatu yang dipelajari dapat ditransfer ke situasi lain selama terdapat unsur-unsur yang identik pada kedua macam materi tersebut. Makin besar kesamaan, makin besar pula kemungkinan terjadinya transfer. Transfer yang disebabkan adanya unsur-unsur yang identik disebut juga transfer spesifik.
c. Teori generalisasi; Transfer terjadi jika mahasiswa/siswa sudah memahami prinsip umum, bukan yang bersifat spesifik. Penekanan pada intelegensi yang menyebabkan seseorang dapat memakai dan
36
menerapkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dari situasi satu ke
situasi lain.
d. Teori transposisi; Transfer terjadi karena persamaan persepsi antara situasi dengan apa yang ada dalam bentuk umum. Proses yang terjadi dalam transfer adalah pengelompokan, reorganisasi, strukturisasi materi, adanya hubungan dalam bentuk/ukuran, adanya struktur dalam, adanya proses berpikir yang konsisten
Dalam pengajaran, guru dapat menerapkan beberapa gagasan untuk meningkatkan transfer, antara lain :
a. Diusahakan siswa telah menguasai materi sebelumnya
b. Menentukan apa yang akan ditransfer dengan analisis tugas (task analysis)
c. Menyajikan materi pelajaran secara teratur, menurut hierarkhi belajar, dari sederhana ke yang sulit, dan atur kegiatan dari sederhana ke kompleks
d. Memberi kesempatan kepada siswa latihan mentrasfer yang telah dipelajari dengan situasi sesungguhnya di luar kelas
e. Memberi kesempatan pada siswa untuk merencanakan sendiri kesempatan untuk melaksanakan tugasnya.
f. Memberikan tugas yang serupa tapi tidak sama
g. Pelajaran yang diberikan merupakan sesuatu yang bermakna
h. Memberikan sebanyak mungkin situasi baru agar dapat mengadakan generalisasi tentang apa yang sudah dipelajarinya.
9. Kondisi Belajar
Kondisi belajar merupakan stimuli yang datang dari luar diri siswa. Kondisi ini merupakan masukan yang dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku sebagai akibat dari belajar.
Menurut Gagne (1985) tingkah laku hasil belajar
37
diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu :
a. Ketrampilan intelektual
Merupakan hasil pendidikan formal, kemampuan dalam mentransformasikan simbol tertulis menjadi kata yang diucapkan, merubah pernyataan menjadi pertanyaan, konsep dalam memecahkan masalah, dsb.
Ketrampilan intelektual dibagi menjadi beberapa kategori bersifat hierarkhis, yaitu diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah. Kategori yang lebih mudah merupakan prasarat kategori berikutnya
Kondisi internal yang perlu dimiliki siswa untuk mempelajari ketrampilan intelektual adalah :
1) penguasaan ketrampilan yang lebih mudah sebelum ketrampilan berikutnya
2) adanya proses yang dapat dipakai untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari.
Kondisi eksternal yang perlu dimanipulasi guru dalam mengajar ketrampilan intelektual adalah
1) hubungan antara yang dipelajari dengan Materi sebelumnya
2) pemberian penguatan (renforcement)
3) informasi secara verbal atau demonstrasi
4) pemberitahuan tenjang tujuan yang harus dicapai,
5) pemberian ulangan-ulangan.
b. Strategi kognitif
Merupakan kemampuan internal mahasiswa/siswa sebagai panduan dalam berpikir, belajar, memecahkan masalah yang baru sama sekali. Strategi kognitif merupakan tujuan utama pendidikan. Seorang siswa tidak hanya pandai memecahkan masalah tetapi juga
38
mampu berpikir mandiri dan membuat keputusan berdasarkan apa
yang telah dipelajari.
Kondisi eksternal yang diperlukan adalah siswa perlu dihadapkan pada situasi yang sama sekali baru, dan mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk berpikir.
c. Informasi verbal
Merupakan suatu komponen prasarat dalam usaha mempelajari kemampuan-kemampuan yang lain. Informasi verbal dapat dipelajari dalam bentuk oral maupun tertulis dan berkisar dari yang paling sederhana ke pengetahuan yang sangat kompleks.
Kondisi internal harus dipunyai siswa adalah informasi yang telah dipunyai sebelumnya yang dapat ditransfer ke dalam situasi baru, pemahaman tentang arti kata-kata atau istilah, dan struktur kognitif yang sudah dipelajari sebelumnya.
Kondisi eksternal yang perlu diberikan guru adalah ringkasan pelajaran dalam bentuk berarti dan dapat menstimulasi struktur kognitif siswa, tujuan belajar yang harus dicapai, meningkatkan/ mempertajam perbedaan-perbedaan, dan mengadakan pegulangan.
d. Ketrampilan motorik
Merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan gerakan otot dan pada umumnya merupakan salah satu tujuan utama pengajaran. Menurut Fitts (1968) tahap-tahap ketrampilan motorik adalah :
1) Kognitif; dengan tekanan kepada belajar mengenal petunjuk-petunjuk
2) Fiksasi, mulai mempelajari pola tingkah laku atau respons yang dikehendaki
3) Otonomi, kegiatan dilakukan secara otomatis dan ditandai dengan peningkatan kecepatan dan daya tahan terhadap ketegangan, kecemasan, atau gangguan dari kegiatan-kegiatan lain.
Kondisi internal yang perlu dimiliki mahasiswa/siswa dalam belajar
39
ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk mengulang kembali ketrampilan yang sederhana, kemampuan mengingat kembali pelaksanaan tingkah laku yang bersifat rutin.
Kondisi eksternal yang perlu dimanipulasi guru adalah pemberian instruksi secara verbal, penggunaan gambar baik gambar diam maupun gerak, pemberian demonstrasi, pemberian kesempatan pada mahasiswa/siswa untuk latihan atau praktek, dan pemberian umpan balik.
e. Sikap
Keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya terhadap suatu objek atau kejadian di sekitarnya.
Komponen sikap adalah kognitif, seseorang memerlukan konsistensi dalam tingkah lakunya, efektif, berupa positip atau negatip, dan tingkah laku, ditentukan oleh situasi pada suatu saat tertentu
Kondisi internal yang harus dimiliki mahasiswa dalam mempelajari sikap adalah pengetahuan atau ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik, dan rasa kagum atau respek terhadap orang yang memounyai sikap positip
Kondisi eksternal yang perlu dimanipulasi guru adalah pengalaman emosional dalam melakukan sesuatu yang harus dipelajari, model tentang apa yang harus dipelajari, danpenguatan setiap kali siswa menunjukkan sikap yang diinginkan.
10. Tujuan Belajar
Merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai siswa di dalam proses belajarnya.
Keuntungan adanya tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dan eksplisit adalah :
a. Untuk siswa dapat mengarahkan proses belajar, mengukur sejauh
40
mana mereka mencapai tujuan, dan meningkatkan motivasi.
b. Untuk guru dapat memilih Materi, strategi instruksional, sumber belajar yang sesuai, dan mengukur keberhasilan guru sendiri dalam proses pembelajaran.
Seorang guru perlu mengetahui kelemahan-kelemahan dan keterbatasan yang disebabkan oleh adanya tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dan terperinci, yaitu :
a. Siswa hanya belajar apa yang tertulis dalam tujuan belajar
b. Guru cenderung hanya mengajarkan apa yang tertulis dalam tujuan belajar
c. Banyak tujuan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk nyata sehingga tidak dicantumkan dalam proses pembelajaran, yaitu kawasan afektif
d. Seringkali tujuan bersifat artificial, dibuat agar dapat dilihat dan diukur
e. guru maupun mahasiswa/siswa menjadi kurang kreatif dalam proses pembelajaran.
11. Umpan Balik
Dengan adanya umpan balik siswa dapat mengerti sejauh mana penampilan mereka dibandingkan dengan tujuan belajar yang harus dicapai. Umpan balik member informasi tentang keberhasilan. Mahasiswa/siswa perlu diikutsertakan dalam prosedur pemberian umpan balik, misalnya dengan jalan memonitor diri sendiri, menilai diri sendiri, dan menentukan tujuan-tujuan belajarnya secara individual.
Worell&Stilwell (1981) memberi saran bagaimana guru dapat memanipulasi umpan balik untuk memperlancar proses belajar mengajar, yaitu :
a. Guru harus yakin kemampuan awal yang dutuhkan sudah dimiliki oleh siswa sebelum memulai tugas barunya.
41
b. Umpan alik perlu diberikan secara teratur, jangan ditangguhkan
c. Bila mungkin member kesempatan kepada siswa untuk mengontrol umpan balik yang diberikan
d. Guru member komentar yang bersifat memperbaiki
e. Sedapat mungkin dihindari sarkasme
f. siswa harus diberi dorongan untuk berusaha memperbaiki kesalahan
g. guru memberi umpan balik verbal yang dapat memberikan insentif
h. Guru member umpan bali yang dapat membangkitkan motivasi.
Demikian beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar. Apabila faktor-faktor di atas dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya walaupun tidak seluruhnya, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2 Kriteria Sekolah Yang Baik
2.2.1 Ciri-ciri Sekolah Yang Baik
SMP N 2 Unggulan Sibolga adalah salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota Sibolga. Untuk mengetahui kualitas sekolah ini, penulis menguraikan beberapa ciri-ciri sekolah unggulan.
Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Danim (2006) mengidentifikasi 13 ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu :
1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit
42
memperbaikinya.
4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
5. sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
8. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11. Sekolah memnadang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.

2.2.2 Kriteria Sekolah Unggulan
Sekolah yang baik bukan berarti harus negeri ataupun yang telah bertaraf internasional, akan tetapi sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu memberikan pendidikan secara menyeluruh dan
43
seimbang, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Selain itu, sekolah lebih berfungsi sebagai suri tauladan untuk siswa-siswanya dalam kehidupan sehari-hari, seperti belajar, beribadah, bergaul, bertutur kata, dan bermasyarakat.
Berikut ini adalah beberapa kriteria sekolah unggulan.
1. Mempunyai pendidikan agama yang baik
Kriteria sekolah unggulan yang pertama ialah terkait masalah pendidikan agama . Sebab pada dasarnya tujuan sekolah adalah untuk menanamkan nilai-nilai moral dan menghilangkan kebodohan. Pendidikan agama disini mempunyai peranan sangat penting yaitu sebagai salah satu sarana terbaik dalam membentuk watak dan kepribadian peserta didik, serta membangun moral bangsa, sehingga menciptakan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Selain itu pendidikan agama adalah pendidikan yang mengajarkan hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik terhadap sesama manusia.
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa untuk memilih sekolah unggulan salah satu syaratnya ialah pendidikan agamanya harus baik dan optimal, karena pendidikan agama Islam merupakan pengendali tingkah laku seseorang.
2. Mempunyai prestasi akademik dan non akademik
Kriteria sekolah unggulan yang kedua yaitu prestasi sekolah yang bersangkutan, baik itu dari prestasi akademik maupun non akademik. Prestasi akademik adalah prestasi yang terkait dengan materi pelajaran sekolah, seperti nilai-nilai hasil ujian maupun lomba-lomba olimpiade mata pelajaran sekolah. Sedangkan prestasi non akademik ialah prestasi yang berada diluar materi pelajaran sekolah, seperti lomba olahraga, pramuka dan kegiatan ekstra lainnya. Semakin banyak prestasi yang didapatkan oleh sekolah, maka semakin baik pula keadaan sekolah tersebut. Selain itu keadaan prestasi juga dapat menentukan bagaimana system pembelajaran yang berlangsung di sekolah tersebut. Apakah masih bersifat konvensional (tradisional)
44
ataukah sudah lebih modern.
3. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai
Dalam sekolah sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, pembelajaran akan berlangsung lebih baik dan optimal. Sarana disini adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang jalannya belajar dan mengajar di sekolah. Misalnya gedung, ruang kelas, alat-alat peraga, dan media pembelajaran. Sedangkan prasarana yaitu fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar sekolah, seperti halaman dan lapangan sekolah. Apabila suatu sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, maka Insya Allah proses belajar mengajarnya pun akan berlangsung dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kriteria sekolah unggulan ialah memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
4. Mempunyai guru dan karyawan yang mumpuni
Selain beberapa kriteria di atas, suatu sekolah dikatakan unggulan apabila sekolah memiliki guru dan karyawan yang mumpuni. Guru dan karyawan dalam lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan sekolah. Guru bertugas untuk mendidik, membina, mengarahkan, dan menyampaikan pelajaran kepada siswa. Sedangkan karyawan bertugas dalam bidang administrasi sekolah, melingkupi segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sekolah.
2.2.3 Tipe-tipe Sekolah
Ada tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan formal di sekolah, non formal di tempat kursus dan pendidikan informal oleh lingkungan. Menilai bagus tidaknya pendidikan sering dilakukan untuk pendidikan formal, karena lebih mudah diukur. Banyak sekali ranking-ranking sekolahan, ranking universitas di dalan negeri Indonesia , Asia maupun
45
di dunia. Dan yang paling sering terdengar adalah ternyata pendidikan di Indonesia ini selalu menjadi bulan-bulanan ketika rankingnya dibawah.
Dari bahan dasar dan hasil akhirnya mungkin dapat digambarkan beberapa tipe sekolah, yaitu :
1. Sekolah Tipe 1 : Nelangsa
Sekolah ini memang rada nelongso. Bahan dasarnya bukanlah barang bagus yang KW-1. Makanya kondisi awalnya rendah. Tentunya mendidik atau meningkatkan mutu dan harga jualnya juga tidak mudah. Dengan demikian tentunya kemajuannya akan memulai sudut yang landai, selama masa pendidikan hanya meningkatkan sedikit saja prestasi. Jargon paling nyebeli di dunia “garbage in-garbage out” sulit sekali dilawan.
Sekolah tipe 1 ini merupakan sekolah yang patut dibantu, tentu saja meningkatkan mutu individu manusia ini menjadi mahal. Kalau sambil mengusung HAM maka mereka yang bodoh pun memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
2.Sekolahan Tipe 2 : Ideal
Ini sekolah paling enak dan biasanya termasuk sekolah favorit . Sekolah ini mensyaratkan murid pintar untuk masuk. Itulah sebabnya sekolah jenis ini akan menyaring murid-murid yang sudah memiliki NEM tinggi, dan nantinya akan memperoleh murid-murid yang “mudah” dididik dan ditambah kemampuan. Sekolah ini juga memerlukan guru yang juga pintar. Sehingga murid dapat dibuat maju disesuaikan dengan kemampuannya.Di sekolah ini tingkat kemahiran guru juga menentukan nilai tambah dari bahan dasar serta lingkungan. Juga fasilitas sekolah tentu saja. Namun yang perlu diperhatikan antara pentingnya guru dan proses belajar bahwa proses belajar mengajar itu sebuah siklus, maka peran guru menjadi penting.
3.Sekolahan Tipe 3: Hebat
46
Ini merupakan sekolah yang mampu mengubah murid dengan “bahan dasar” jelek menjadi bagus. Jika di Indonesia maka ini adalah sekolah plus. Biaya masuknya di atas rata-rata sekolah biasa. Tidak harus pintar untuk masuk, namun setelah digembleng di sekolah ini, maka siswa bisa berubah jadi unggul. Kurikulum dan metodenya meniru negara maju.
4.Sekolah tipe 4 : Favorit
Sekolah tipe ini memberikan hasil yang merata untuk semua muridnya. Bisa jadi sekolah tipe ini sangat ditentukan oleh guru yang pandai mengajar satu kelas dengan 50 murid. Sehingga ke 50 murid yang beragam akan memiliki kemajuan yang seragam.
Sekolah tipe ini seperti sekolah favorit juga di Indonesia yang memberikan bahan ajar yang sama untuk masing-masing anak.
Perbedaan sekolahan tipe 4 dan tipe 2 diatas adalah keberagaman hasil. Sekolahan tipe 2 yang dapat memberikan kemajuan optimal masing-masing anak ini tentunya akan sangat bagus apabila ada anak yang ekstra ordinary. Masing-masing anak akan diberi pelajaran sesuai kemampuan daya serapnya dan hasilnya akan optimum untuk masing-masing anak didik.
5. Sekolah Tipe 5
Ini mungkin tipe sekolah yang secara umum dijumpai. Kemajuan masing-masing anak didik sangat tergantung dari awalnya. Barangkali gurunya tidak repot kalau targetnya seperti ini. Si murid pintar yang biasanya rajin akan juga mendapatkan hasil lebih ketimbang murid kurang pandai dan mungkin juga malas. Tetapi memiliki sekolah yang bisa menerima berbagai ragam murid bukanlah pekerjaan ringan. Keberagaman kadang lebih banyak memerlukan tenaga, waktu, biaya serta pikiran. Kedudukan dan tingkat prestasi seseorang tentu saja merupakan hasil gabungan dua hal, memang pintar dari awal atau dari proses belajarnya.
Sekolah tipe 2 dan 4 tentunya hanya bagus untuk anak pintar.
47
Jika benar bahwa anak yang pintar dari awalnya lebih mudah dididik, maka menunjukkan bahwa menjadi guru di negara-negara berkembang itu tidak semudah yang di negara maju. Karena jumlah anak pintar di negara berkembang itu relatif sedikit. Kalau dengan melihat tingkat kesulitannya maka guru-guru serta dosen kita di Indonesia ini memang benar-benar pahlawan yang tidak kalah dengan guru-guru di negara-negara maju sana.
SMP N 2 Unggulan Sibolga termasuk kategori sekolah dengan nomor 2 dan nomor 4, yaitu sekolah tipe 2 : Ideal dan sekolah tipe 4 : Favorit.
Murid-murid yang ingin masuk SMP N 2 Unggulan Sibolga, harus memiliki NEM rata-rata di atas 7,00 dan menjadi juara 4 besar dari setiap sekolahnya secara paralel. Selain itu, juga harus melalui tiga tahap test, yaitu test akademik, kesemaptaan, dan psikotes dengan sistem gugur (eliminasi).
Guru-guru yang mengajar di SMP N 2 Unggulan Sibolga, bukan hanya berasal dari SMP N 2 Sibolga, tetapi masih banyak guru-guru dari sekolah lain. Guru-guru yang berasal dari sekolah lain adalah guru-guru yang sudah terpilih dari berbagai sekolah di Kota Sibolga.

2.3 SMP N 2 Unggulan Sibolga
2.3.1 Fasilitas
SMP N 2 Unggulan Sibolga telah menyediakan fasilitas-fasilitas bagi siswanya, terutama bagi kelas unggulan. Di antaranya, yaitu :
- Ruang kelas dengan satu buah lemari, dua buah whiteboard, satu buah meja guru beserta dengan bangkunya, dan du puluh buah meja siswa beserta kursinya.
- Laboratorium IPA, yang digunakan saat praktek mata pelajaran Sains. Laboratorium ini dilengkapi dengan alat-alat untuk praktek
48
- Biologi seperti patung-patung anatomi manusia, tengkorak, dan lain-lain. Selain itu, juga terdapat alat-alat untuk praktek Fisika, sperti rangkaian listrik, mikroskop, dan lain-lain. Beberapa alat musik dan satu buah komputer.
- Ruang komputer yang digunakan saat praktek TIK. Terdapat sekitar 20 buah komputer, sebagian diantaranya telah dilengkapi dengan akses internet, juga satu buah AC.
- Perpustakaan sekolah, yang tersedia buku-buku, novel, majalah, koran, dan lain sebagainya. Dilengkapi juga dengan satu buah komputer, sebuah TV beserta dengan digital dan VCDnya.
- Musholah, berisikan alat-alat sembahyang yang dilengkapi sekolah bagi siswa, guru, dan warga sekolah lainnya yang Muslim untu beribadah.
- Ruang UKS, terdapat sebuah tempat tidur, sebuah lemari yang telah lengkap dengan alat-alat P3Knya, dan alat-alat olahraga, seperti bola, net, dan sebagainya.
- Lapangan sekolah, yang terdiri dari lapangan bulu tangkis dan lapangan untuk upacara maupun senam pagi.
- Kantor sekolah berjumlah 2.
2.3.2 Prestasi
Sejak angkatan I, TA 2006/2007, siswa siswi SMP N 2 Unggulan Sibolga telah banyak memperoleh beberapa prestasi. Baik di bidang akademik, maupun nonakademik, antara lain :
• Angkatan I
• Akademik, yaitu :
- Juara Harapan I Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2006
- Juara I Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2007
- Juara II Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2007
49
- Juara I Olimpiade USU Biologi tingkat Provinsi tahun 2008
- Juara Harapan I Olimpiade USU Matematika tingkat Provinsi tahun 2007
- Juara III Olimpiade USU Matematika tingkat Provinsi tahun 2008
- Juara I English Debate tingkat Kota tahun 2007
- Juara I Lingkungan Hidup tingkat Kota tahun 2008
• Nonakademik, yaitu :
Berbagai perlombaan cabang seni, seperti menari, vokal solo, paduan suara, dan lain-lain, maupun cabang olahraga, seperti tennis, volly, basket, dan sebagainya.
• Angkatan II
• Akademik, yaitu :
- Juara Harapan I Olimpiade Astronomi tingkat Kota tahun 2009
- Juara I Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2009
- Juara II Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2009
- Juara III Olimpiade Biologi tingkat Kota tahun 2009
- Juara Harapan I Siswa Berprestasi Biologi tingkat Provinsi tahun 2008
- Juara Harapan II Siswa Berprestasi Matematika tingkat Provinsi tahun 2008
- Juara Harapan I Lingkungan Hidup tingkat Kota tahun 2009
- Juara III Bercerita tingkat Kota tahun 2007
- Juara English Debate tingkat Kota tahun 2009
- Juara Harapan I Sinopsis Sastra Fiksi tingkat Kota tahun 2007
- Juara I Sinopsis Sastra Fiksi tingkat Kota tahun 2008
50
Nonakademik, yaitu :
- Juara Harapan I MTQ tingkat Kota tahun2007
- Juara III Cipta Cerpen tingkat Provinsi tahun 2008
- Juara II Menari tingkat Kota tahun 2009
- Juara III Basket Putri tingkat Kota tahun 2009
- Juara Harapan I Basket Putra tingkat Kota tahun 2009

• Angkatan III dan IV
Dibanding dengan angkatan I dan II, angkatan III dan IV, belum begitu banyak mengikuti perlombaan baik di bidang akademik maupun nonakademik.














51
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Tidak ada komentar:


Got My Cursor @ 123Cursors.com

Got My Cursor @ 123Cursors.com

Got My Cursor @ 123Cursors.com